graffity

Senin, 18 Oktober 2010

Grafity adalah sebuah gambar yang berbentuk tulisan yang diwarnai dengan 3 warna dasar atau pun lebih.Graffity biasanya orang-orang yang membuat Graffity disebut dengan sebuttan Bomber,karena menggambarnya bukan di kertas,kain melainkan diDinding atau dikaca.Perpaduan dari berbagai warna menjadikan gambar lebih extreme dilihat.Sebagian besar anak muda berespresi melalui Graffity dan biasanya suka corat coret tembok di pojok-pojok kota untuk menghiasi jalanan atau mengotori(mengotori dengan hal2 atau graffity yang tidak bagus di lihat atau dipandang oleh mata) jalanan dengan bomber.Para pembomber biasanya lebih dari satu orang untuk menggambarnya.Untuk menggambar grafity membutuhkan cat dan pilok.Cat befungsi untuk membuat dasaran dan pilok untuk penulisan /membuat gambarnya.Ada banyak pembomber dikota malang contoh: Emac(East Malang Community),Maskot(Malang Sket Community),Bomber Green, Black eyes,Boom,TNT. Cara membuat Bomber itu gampang gampang Susah intinya orang cara membuat grafity
Sekilas mengenai graffity
ISLAMMIC






Emang ada? ini buktinya ada...

Ngomongin graffiti, siapa sih yang ga kenal dgn graffity?

Pada awalnya seni graffiti dianggap kriminal bin ilegal di negara asalnya, amerika sono. Soalnya, graffiti sering digunakan "kaum bawah tanah" untuk mengekspresikan kritikan pada pemerintah atau Untuk menghujat pemerintah. Bahkan pernah dibentuk pasukan khususAnti-Graffiti Task Force untuk memberantas para seniman liar yang hobinya "mencorat-coret" tembok kota dengan kata-kata pedas. Selain itu, para gangster juga menandai wilayah kekuasaannya dengan graffiti. wah pokoke ceritanya lumayan panjang...

Terus.. kalau graffiti islami?

simak deh artikel di bawah ini..


Banyak cara untuk mengekspresikan suatu keindahan salah satunya dengan lukisan. Tapi lukisan yang satu ini cukup berbeda dengan apa yang biasa kita lihat.

Lukisan dinding dengan warna-warna cerah dihiasi dengan garis-garis lengkung, komposisi warna yang tidak beraturan dengan tulisan menggunakan huruf-huruf kapital yang di beri bentuk-bentuk tidak lazim. Kalimat yang ditulis “Remember God, Feed the Poor atau Free Gaza” serta ditulis dengan huruf Arab di sisi atas dan bawahnya dan inilah yang disebut 'Graffiti Islam'.



Kita bisa melihat lukisan graffiti dengan pesan-pesan Islami ini di dinding yang ada di Melbourne, Burnley atau papan iklan yang ada di kawasan Bronx.

Seorang seniman muslim bernama Muhammad Ali – 30 tahun- dari Birmingham Inggris telah menciptakan suatu seni lukis jalanan dengan pesan-pesan Islami yang diambil dari kaligrafi Quran serta memadukannya dengan bentuk dan warna-warna pop.



Misi yang ingin disampaikan Ali dalam setiap lukisan graffitinya adalah mempromosikan budaya dialog dan menciptakan perdamaian dunia melalui lukisan graffiti dengan pesan-pesan relijius.

“Anda tidak akan menemukan seorang anak muda – hitam, putih, Muslim, Kristen atau Yahudi yang sorot matanya tidak akan berbinar kita anda menyebut graffiti,” kata Ali – yang baru-baru ini menerima penghargaan dan memenangkan “South Bank Show's Arts' Council Diversity Award” pada Januari lalu.

Dipengaruhi oleh nilai-nilai keimanan Muslim yang dimilikinya, Ali tidak berusaha untuk “berkhotbah” secara langsung, pemilihan kata-kata dari Al-Quran atau Hadits – menurutnya dapat dimengerti oleh semua orang yang beriman maupun tidak.

Di Melbourne misalnya – Ali membuat lukisan graffiti untuk penghematan air – sebuah pesan khusus yang ingin dia sampaikan berkaitan dengan kekeringan yang tengah melanda – dengan sebuah perkataan dari Nabi Muhammad,” Apa yang aku katakan bahwa air hujan akhirnya datang dari Allah”, sebuah pesan yang telah ada sejak 1400 tahun lalu dan masih relevan sampai sekarang.

Dia berpikir secara cermat tentang di mana dia akan menempatkan ayat-ayat suci dalam setiap lukisan graffitinya. “Jika ayat-ayat suci itu akan muncul di dinding, saya akan membuat lukisan graffiti di tempat yang tinggi untuk menghindari kemungkinan orang melukis kembali yang telah saya lukis atau orang akan mengencingi lukisan tersebut.”

Menjadi seorang pelukis jalanan ilegal sejak remaja, Ali kembali ke Islam, sebuah kepercayaan dari keluarga besarnya yang ada di Bangladesh.

“Islam tidak sekedar duduk dalam ruangan untuk beribadah sepanjang hari,” kata Ali.

“Banyak dari masyarakat Muslim yang menjadi taat dalam beragama menolak dan meninggalkan segala sesuatu yang berasal dari masa lalu, terutama jika hal itu dipandang terlalu kebarat-baratan,” ia menjelaskan.”Saya rasa graffiti tidak bertentangan dengan keimanan. Menulis dan melukis sesuatu yang indah sesuai dengan seni dalam pandangan Islam.”


Apakah semua semua seni haram – terlarang untuk umat Islam?”Tidak,” kata Ali. “Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan kita bahwa penggambaran yang bersifat figuratif dan dijadikan berhala sebagai simbol ibadah sebaiknya dihindari dan terlarang bagi umat Islam. Tetapi Nabi Muhammad tidak pernah menghalangi jiwa kreatif setiap orang selagi tidak bertentangan dengan Islam.



Berkunjung ke sebuah mesjid, dan anda akan melihat dekorasi kaligrasi Islam di dinding mesjid, Ali menjelaskan. Dan banyak kaum muslimin yang memiliki lukisan kaligrafi yang tergantung di dinding rumah mereka. “ Dan sekarang banyak umat Islam yang lupa untuk mengekspresikan karya seni kreatifnya dengan firman Allah.

Untuk menghindari kesenjangan budaya antara budaya Islam dan barat, Ali telah sering di undang untuk membuat lukisan dinding yang berupa graffiti dan memberikan seminar tentang hal itu di sekolah-sekolah yang ada di Amerika, Australia dan Canada dan respon positif banyak yang dia dapat dari kegiatan yang ia lakukan tersebut. Walau ada juga kesalahpahaman yang dia terima.

Di Chicago dalam kunjungannya ke dewan kesenian yang ada di sana, dia pernah diminta untuk menghentikan lukisan dinding yang sedang ia buat oleh pihak pemadam kebakaran lokal. Mereka menganggap tulisan Arab yang dia lukis merupakan representasi dari kejadian menara kembar 911. (fq/to) eramuslim.com
Dikutip Dari : http://graffitiarea.multiply.com/journal/item/8/Sekilas_Tentang_Graffiti_Islami.
Graffiti di Indonesia: Sebuah Politik Identitas ataukah Trend? (Kajian Politik Identitas pada Bomber di Surabaya)

March 6, 2009 | Academic Writing | 8

Obed Bima Wicandra

Dosen Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain
Universitas Kristen Petra Surabaya

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

ABSTRAK

Graffiti sering kali dipandang sebagai bentuk pencarian identitas anak muda atau untuk sekedar menunjukkan eksistensi mereka. Aksi mereka pun sering berhadapan dengan aparat kota (Satpol Pamong Praja) bahkan tidak jarang juga berhadapan dengan aparat kepolisian karena dipandang sebagai aksi yang merusak. Keberadaan bomber yang telah menjadi subkultur anak muda dipandang sebagai pemberontakan atas struktur urban semakin diterima. Meskipun di sisi lain pandangan yang sinis terhadap mereka tetap saja ada. Di era 1980-an, graffiti yang bertebaran di tembok-tembok kota sering menuliskan kelompok geng atau nama almamater sekolah. Hal-hal tersebut sering menjadi pemicu kekerasan antar kelompok, namun seiring perkembangan zaman, rupanya graffiti tidak sekedar menuliskan nama kelompok namun juga dikemas dengan cara yang lebih artistik dan tidak sekedar tagging belaka. Hingga kemudian seiring perkembangan gaya hidup yang ditopang oleh media massa maupun majalah dan buku-buku luar negeri yang membahas graffiti maupun dari internet, menjadikan graffiti tidak lagi dapat dipandang sebagai bentuk politik keberbedaan, namun hanya sekedar menjadi tuntutan tren saja. Graffiti hadir sebagai eksistensi mereka terhadap tanda zaman yang diwakili oleh tren gaya hidup dan hal ini lebih kuat tercermin daripada menunjukkan identitas mereka yang sarat ideologi keberbedaan.

Kata kunci: graffiti, gaya hidup, tren, identitas, Surabaya, Indonesia.

ABSTRACT

Graffiti is often seen as a way for young people to find their identities, or to merely show their existence. Because their actions are seen as destructive, they are also often confronted by the city’s patrol units and even by the police. Their ”bomber” existence, that has become the youth subculture and viewed as deviance over the urban structure, are more and more accepted. Cynical views of them still exist however. In the 1980′s, graffiti spread all over the city’s walls, and often wrote about their gang’s name or which school they are from. These were the things that spark violence between gangs. But today, graffiti seems to not only write about gang’s names, but also present a more artistic look; not merely as tags. Then as lifestyles develop, with the support of mass media and foreign magazines and books that cover about graffiti and also the Internet, graffiti cannot be viewed anymore as a form of alternative politics, but only as a needed trend. Graffiti exists as their existence towards the signs of times that are represented by lifestyle trends. This is more strongly reflected than showing their identities that are full of difference ideology.

Keywords: graffiti, lifestyle, trend, identity, Surabaya, Indonesia
http://dgi-indonesia.com